Namaku Merah Kirmizi bermula di Istanbul, simbol tonggak kejayaan Islam yang terakhir di ujung abad keenam belas, saat Sultan secara diam-diam menugaskan pembuatan sebuah buku tak biasa untuk merayakan kejayaannya, yang dihiasi ilustrasi para seniman terkemuka saat itu. Ketika seorang seniman dibunuh secara misterius, seorang lelaki muram dengan masa silam sekelam namanya ditugasi untuk mengungkap misteri pembunuhan yang pada akhirnya menguak jejak benturan peradaban Timur dan Barat dua cara pandang dunia yang berbeda, berkaitan dengan kebudayaan, sejarah, dan identitas yang memicu konflik tak berkesudahan.
Novel My Name Is Red sebuah Novel Islami karya Orhan Pamuk mengangkat kegelisahan di Turki. Turki sebagai sebuah entitas budaya berada dipersimpangan antara budaya barat dan timur. Novel yang dibuka dengan misteri terbunuhnya seseorang di dasar sumur mulai mengajak pembaca menikmati tamasya budaya dan pergulatan yang terjadi antara dua kutub budaya itu. Tradisi seni lukis Turki kuno mengajarkan untuk tidak mencoba masuk wilayah ego seniman dengan mencantumkan nama diri dan membuat gambar manusia secara perspektif proporsional. Sementara tradisi barat mengajarkan sebaliknya