Sebuah buku sanggup
menolong menyelamatkan satu keluarga dari sebuah perceraian? Itulah yang
terjadi. Buku yang sama juga menggerakkan seorang anak. Bagaimana
mungkin buku yang sama juga menggerakkan seorang anak yang selama ini
tumbuh dewasa dalam kemarahan akan ayah-nya yang mengkhianati ibunya,
kemudian menjadi memahami dan memutuskan memaafkan sang ayah.
Catatan Hati Seorang Istri telah membangkitkan gelombang empati puluhan
ribu pembaca perempuan di tanah air, khususnya para istri, akan
persoalan-persoalan perempuan dan rumah tangga muslim, yang selama ini
seakan tabu untuk diungkap.
Majalah Tempo menobatkan buku
Catatan Hati Seorang Istri sebagai buku nonfiksi terlaris tahun 2007.
Harian Berita Kompas juga menempatkan buku ini sebagai buku nonfiksi
terlaris berdasarkan survey dari 27 toko buku Gramedia di tanah air
(Oktober 2007).
Belum pernah ada sebuah buku yang begitu
besar pengaruhnya dan membangkitkan semangat para istri di tanah air
untuk menulis. Lewat buku ini, Asma Nadia- pengarang yang telah
mendapatkan banyak penghargaan nasional dan regional ini (terakhir
tercatat sebagai pengarang fiksi terbaik Islamic Book Fair 2008, lewat
buku Istana Kedua), memang secara khusus mengajak pembacanya untuk
menjadikan kegiatan menulis sebagai sebuah terapi, juga cara untuk
mengekspresikan kerumitan hidup yang dihadapi.
Lewat
Catatan Hati Seorang Istri, Asma Nadia- penulisnya ‘dimusuhi’ oleh
sebagian laki-laki, namun uniknya juga mendapatkan banyak ucapan terima
kasih dari para suami, yang merasa jatuh cinta lagi dengan istrinya.