Tarekat Masson Bebas ; Masyarakat Di Hindia Belanda & Indonesia 1764-1962

freemason indonesiaBuku ini memaparkan sejarah Tarekat Mason Bebas (Freemasonry / Vrijmetselarij) di Hindia Belanda dan Indonesia. Bab I memaparkan periode seratus tahun pertama Tarekat Mason Bebas di Hindia Belanda. Pada periode ini berdiri loge (loji = rumah pemujaan) pertama di tanah Jawa bernama “La Choisie” di Batavia tahun 1762. Kemudian pada tahun 1767 di Batavia berdiri loge “La Fidele Sincerite” dan pada tahun 1769 berdiri loge “La Vertueuse”. Kemudian di Semarang berdiri loge “La Constante et Fidele” (1801), di Surabaya berdiri loge “De Vriendschap” (1809), di Padang berdiri loge “Mata Hari” (1858). Pada 1854 berdiri loge “De Ster in het Oosten” di Batavia (gedung loge ini dipakai sebagai rumah pemujaan antara tahun 1854-1934, letaknya sekarang Jl.Budi Utomo, dan sekarang gedungnya digunakan oleh Kimia Farma). Pada periode ini perkembangan Mason Bebas masih terbatas pada orang-orang Belanda.

Bab II buku ini memaparkan transisi ke zaman baru , dimana Tarekat Mason Bebas tumbuh dipercepat dengan makin banyaknya orang Eropa di daerah. Di Yogyakarta berdiri loge “Mataram” (1870) dimana gedungnya menyewa dari Sultan Yogyakarta. Loge ini terletak di jalan utama Yogyakarta, Jl. Malioboro (pada zaman Raffles diubah namanya menurut Duke of Marlborough). Di Rembang berdiri loge “Princes Frederik der Nederlanden” (1871), di Surakarta berdiri loge “L’Union Frederic Royal” (1872). Di Kota Raja, Aceh, berdiri loge “Prins Frederik” (1880). Di Probolinggo berdiri loge “Veritas” (1892) di Makassar berdiri loge “Arbeid Adelt” (1892), di Medan berdiri loge “Deli” (1888). Di loge “Mataram” disebutkan Pangeran Ario Soerjodilogo masuk menjadi anggota loge tersebut pada 1871, dan pada 1878 naik tahta menjadi Paku Alam V. Loge “Mataram” kemudian mendirikan beberapa lembaga pelayanan masyarakat, seperti Perpustakaan Rakyat (1878), lalu pada 1885 didirikan “sekolah-sekolah Frobel Yogya”, pada tahun 1887 dibuka kursus ilmu perniagaan. Juga dibentuk suatu dana pakaian sekolah.

Bab III memaparkan zaman berkembangnya Tarekat Mason Bebas di Hindia Belanda (1890-1930). Dengan banyaknya loge-loge, maka dianggap perlu mendirikan Loge Agung Provinsial. Pada 25 Desember 1899 di Rumah Pemujaan loge “Der Ster in het Oosten” diadakan peresmian dari Loge Agung Provinsial yang merupakan kesatuan abstraksi dari loge-loge. Keberadaan Loge Agung Provinsial punya andil besar dalam perkembangan Tarekat Mason Bebas. Walaupun orang-orang Eropa masih dominan dalam keanggotaan loge, tapi lambat laun makin banyak pula orang Indonesia yang menjadi anggota loge. Para Pangeran Yogyakarta makin banyak yang menjadi anggota. Raden Mas Kusumo Yudho, putera Paku Alam V menjadi anggota loge “Mataram” pada 1909, dan pada 1930 menjadi anggota Pengurus Besar Provinsial. Pada tahun 1895, bupati Karanganyar Raden Adipati Tirto Koesoemo menjadi anggota loge “Mataram”. Ia adalah ketua pertama Boedi Oetomo. Pada Kongres ke dua Boedi Oetomo yang diadakan di loge “Mataram”, ia mengusulkan pemakaian Bahasa Melayu, mendahului Sumpah Pemuda dua puluh tahun. Diantara anggota-anggota loge pribumi dapat digolongkan menjadi: anggota keluarga kerajaan, bupati-bupati dan putra-putri bupati, dokter-dokter, dan kalangan orang biasa.

Bab IV memaparkan periode Tarekat Mason di Indonesia 1930 – 1962. Pada periode ini berdiri antara lain loge “Serajoedal” di Purwokerto yang banyak anggotanya orang Indonesia, pemukanya adalah R.A.S Soemitro Kolopaking Poerbonegoro. Tahun 1934 loge “De Ster in het Oosten” menggunakan gedung baru bernama Adhuc Stat di Jl.Teuku Umar, Menteng (sekarang gedung ini ditempati oleh Bappenas). Pada Tahun 1955 lahirlah tarekat Mason Indonesia, dengan RAS Soemitro Kolopaking Poerbonegoro sebagai Suhu Agung Indonesia. Pada tahun 1952 Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo yang menjadi Kapolri pertama (dari 29 September 1945 hingga 14 Desember 1959) disebutkan menjadi anggota loge Indonesia Purwo-Daksina. Ia kemudian menjadi Suhu Agung (Ketua Umum) dari Timur Agung Indonesia yang berdiri tahun 1956.

Pada sekitar tahun 1957 terjadi aksi-aksi massal melawan perusahaan-perusahaan Belanda. Karena pergolakan politik, orang-orang Belanda banyak yang pulang ke Netherland. Pada 1960 Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda. Bagi Tarekat Mason Bebas Hindia, perkembangan itu berarti bahwa loge aktif terakhir “De Ster in het Oosten” di Jakarta harus mengakhiri kegiatannya 23 Juni 1960. Presiden Soekarno pada 27 Februari 1961 menjadikan Tarekat Mason Bebas Indonesia sebagai organisasi terlarang. Alasannya bahwa asas dan tujuan tidak sesuai dengan identitas nasional Indonesia. Bukan hanya Taekat Mason Bebas yang dibubarkan, tetapi juga Rotary, Moral Re-armament, dan Rosicrucian.